おいでやす...

Tuesday, October 18, 2011

[fanfic] i hate you but i cant fallin in love with you chapter 01 - byou x sunny

Title: i hate you but i cant help fallin in love with you chapter 01
author: hanazaki chiori aka killingdoll13
pairing: byou (screw) x sunny (snsd)
rating: pg-15
fandom : screw , snsd
a/n: pairing ajaib menyusul pairing ajaib kazuki x yuri... lol . hope you will like it.
Fic ini merupakan sekuel dari fanfic kazukixYuri buatan noirishu.nyl 
 I hate Kpop but i love snsd Yuri






Sungguh, aku tidak mengerti mengapa tadinya kazuki yang sama sekali tidak menyukai kpop, skarang malah terus menerus mendengarkan lagu lagu korea, apa itu judulnya?
sdns? atau snds? akh. aku lupa--bukan krn aku tidak suka. tapi itu hanya karena aku tidak mengerti dunia per-koreaan yang jelas-jelas sedang booming saat ini.

seperti shou-senpai dari arisu yang terang-terangan mengepost sebuah tweet yang mengatakan dia menyukai 2ne1.

apa pula itu? -.-

aku sama sekali tidak menutup hatiku untuk korea, maksudku dunia luar selain jepang..

namun itu sangat rumit.


------

"byou, jangan bengong saja!" rui membuatku tersentak,

"eh, ya? apa?" aku tersenyum salah tingkah.

"kau itu melamun saja, mau menyusul kazuki yang mulai aneh?"


"Tentu saja tidak!" aku cepat - cepat mengelak, lalu berdiri dan keluar dari ruangan tempat kami berkumpul.
mereka--maksudku rekan satu bandku--sedang bergembira. karena hari ini kami akan live music studio di sebuah acara music, sepanggung dengan anak-anak sdns, atau snds? atau snsd? entah yg mana yang benar.

apa itu suatu yang besar?
kita tidak sedang berduet kan, hanya satu panggung.
kenapa harus bingung?

sampai-sampai kazuki bolak - balik mengganti pakaian yang paling cocok untuknya.


mencurigakan.




-----
"minna! anak-anak snsd sudah datang!"
suara jin mengagetkanku yang sedang mendengarkan lagu dari iPod-ku.

"so? apa itu menjadi alasanmu untuk mengagetkanku!?" aku protes, namun jin tidak mengindahkan protesku XD


"sudahlah byou, jangan marah-marah terus. kau bisa cepat tua." manabu tersenyum.

"ya, lagipula nantinya kau bisa saja menjadi seperti kazuchan... tadinya dia benci setengah mati.." sambung rui cuek.


"Hei, jangan bawa-bawa namaku, bisa tidak?" kazuki protes sambil membiarkan penata rias kami memakaikan eyelinernya.

"hei, aku tidak pernah mengatakan aku membenci mereka!" potongku mengklarifikasi, "aku hanya tidak mau berlebihan saja seperti kalian, dan arisu senpai dan yg lain...itu terlihat gila."

"kau akan menyesal telah mengatakan hal itu, byou." kazuki tersenyum.

apa maksudnya aku akan menyesal?

-----
"annyeonghaseo, kamsahamnida, saranghaeyo..." jin ngomong asal pada saat akhirnya anak - anak screw mengajak para anggota snsd untuk berkenalan XD

"....?? O.O" tiffany terdiam.

"km ngomong apaan sih, jin?" rui berbisik.

"nggak tau" jin nyengir xD

aku memandang mereka tanpa mengatakan apapun, mereka tampak bingung. namun segera bisa menghandle keadaan.

"halo... aku tiffany." ucap member yg paling cantik menurutku.

"yuri..." gadis itu tersenyum memandang kazuki dg penuh arti.
begitu juga sebaliknya.

perhatianku teralih pada sesuatu, yg tampak berbeda.

"sunny!!"

gadis yg bernama yoona menatap seorang gadis pendek yang terlihat berlari ke arahku yang sedang berdiri disini.

"yoona!! aigo!!"

gadis itu tersungkur tepat dihadapan kami, ia terjatuh karena heelsnya sendiri.

geez.


kenapa gadis - gadis jaman sekarang ini suka sekali mencelakakan diri sendiri seperti ini?

"bangunlah..." aku menyodorkan tanganku.

ia terdiam,
menatapku dengan wajahnya yang polos.


....

uluran tanganku tidak ditanggapi.

"hei? kenapa hanya melihat?" aku menaikkan sebelah alisku.


"kau...menakutiku." ia menunduk, mataku membelalak.

"-ap...apa maksudmu!?"

ia menunduk, membenarkan posisi berdirinya dan bersembunyi dibalik punggung temannya yang paling tinggi.

apa-apaan reaksinya itu!?
memangnya aku semenakutkan itu!?

memang sih,dandananku hari ini cukup sangar.

tapi reaksinya sangat berlebihan!
aku menarik kembali uluran tanganku.

"sunny keterlaluan... tidak usah takut begitu." teman tingginya itu mengomel.

"Sunny keterlaluan... kau tidak perlu seperti ini. dia kan hanya ingin membantumu bangun." gadis yang lain menyambung.

"maaf." gadis bernama sunny itu menunduk, aku mendengus kesal, walaupun sesungguhnya aku tidak tega.

"maafkan dia, mungkin dia belum terbiasa dg penampilan kalian." yuri tersenyum ke arah kami--lebih tepatnya ke arah kazuki.

"seperti aku dulu." sambungnya lagi sambil menatap yoona, yoona tersenyum memaklumi.

aku seperti merasa tidak mengetahui hal yang seharusnya aku ketahui.

----
sunny pov

harusnya mereka tidak perlu memarahiku seperti itu, aku hanya takut melihat matanya.
dan ekspresi itu--membuatku teringat kepada sesuatu yang menyeramkan.

tapi ia memang menyeramkan!

"maaf..." aku menunduk

dia mendengus, lalu membuang muka.

sikap macam apa itu?!
aku sudah meminta maaf, dan dia malah seperti itu.

ternyata bukan saja wajahnya yang menakutkan.
sikapnya juga sama mengerikannya.

rugi aku meminta maaf kepadanya.

harusnya td aku biarkan saja!

----------
Lagi-lagi mereka meninggalkan aku sendirian. kemana aku harus pergi?
aigoo.... aku tidak tahu jalan, lorong di stasiun tivi ini banyak sekali.
dan aku harus masuk kamar ganti yang mana?
aku bahkan tidak bisa membaca kanji.
seharusnya aku tidak tertidur ketika kami, para snsd diajarkan membaca kanji dan sebagainya.

"sicca.. fanni... seohyun... taeyoon, hyeohyun... yuri yuna sooyoung, dimana kalian?" aku berbisik pelan. bodoh.
mana ada yang mendengar?


aku berhenti didepan sebuah pintu.
fitting room.
sepertinya tulisan katakana.
aku ingat kata-kata pelatih bahasa jepang kami, girls generation pasti ditulis dalam katakana, kalau di jepang.

jadi pasti ini ruangannya. aku tersenyum, aku merasa jadi orang terpandai didunia.
sunny memang hebat! tidak perlu belajar bahasa jepang untuk mencari sebuah ruang gabnti.

------
byou pov


aku melepas contact lens ku dengan pelan.
sisa make up di wajahku sengaja kubiarkan sedikit.

aku harap, aku tidak tampak menakutkan lagi.

semoga saja.

loh? kenapa aku jadi memikirkan tentang itu?

peduli apa aku tentang pendapatnya?

hanya dia yang mengatakan aku menakutkan, fansku tidak.

untuk apa aku memikirkannya?

aku melepas 3 kancing kemejaku & membiarkan dadaku terekspos begitu saja.

sial. rekan-rekan seband ku malah menghilang begitu saja. terakhir mereka berpamitan, ingin meminta tanda tangan & foto bareng snds, sdns atau apalah itu.
kecuali kazuki,
yang sudah lebih dulu pergi tanpa pamit entah mau pergi kemana.

aku mendengar suara pintu terbuka dan menoleh,


"sudah kembali rupa-"

ucapanku terhenti ketika melihat siapa yang ada didepan pintu.

sunny.

dia terdiam.

aku terdiam.

meja dan kursi juga diam.

"mau apa kau disini?"
tanya kami bersamaan, dia spontan menutup mulutnya dg tangan.

aku melotot galak.
"ini adalah ruanganku, screw. harusnya aku yg tanya gitu sama kamu!"

dia mengerutkan dahinya.
dg bahasa jepang & logat yg aneh dia berkata tidak mau kalah.

"kau yg salah masuk! ini ruanganku, aku yakin!"

"ara.. sayang sekali yuri & sunny tidak ada, seharusnya kami berfoto dengan me-" jin menghentikan ucapannya dengan mulut masih terbuka.

"-sunny? kenapa ada disini?" jin berkata lagi setelah terdiam cukup lama.

sunny menunduk malu,
"eh, aku pikir disini adalah ruang ganti snsd.. maaf..." ia membungkukkan badannya, tampak salah tingkah.

"daijobu" sela manabu ramah, "aku tahu jalan ke fitting room snsd. kau mau kuantarkan?"

sunny menatapnya tidak percaya, "benarkah? gomawo..." ucapnya ceria-entah kenapa, aku suka sekali melihatnya ceria.

"iya, ayo. aku rasa crew snsd sudah mencarimu kemana-mana. lebih baik kita cepat." manabu tersenyum.

"iya!" ia melangkah keluar begitu saja, tanpa memedulikan aku yang menemaninya daritadi.

reaksi apa itu!?

"ssstt!!"

aku menoleh, kepala gadis itu menyembul dari pintu dg wajah ceria.

"gomawo, arigatou!" ia mengedipkan sebelah matanya dengan nakal, lalu menutup pintunya lagi.


gadis yang aneh.


tanpa sadar aku tersenyum lalu berbalik untuk mengenakan kacamata hitamku dan mengambil iPodku.



=To be Continued=

[FANFIC] Don't say goodbye - ToraxSaga - Chapter 01 [two shot]


Title:           Don’t say goodbye (english)
Author:       killingdoll13
Pairing:       Tora X Saga
Genre:         Romance ; Angst
Rating:        NC - 17
Summary:  
He walked down the stairs towards the garden and brought his last book he held in his hand. He was wondering, what it would be if the other man were still here— the man he used to love— beside him and didn't leave him alone. If only Byou were still by his side at that moment, instead of leaving him years ago.
Comment:   Ide ini nongol waktu chio lagi ngebenahin baju dan liat MV nya davichi. Tapi ada yang chio rombak dikit. Jadi sebelom ilang idenya mendingan di release aja duluan… J  tolong jangan gampar saya atas apa yang tora lakuin ke saga disini. Kalo mau gampar, gampar aja si Tora nya… O.Ob *disambit tora*

Current Place: In my Beloved room ♫
Current listening: Don’t say goodbye - Davichi

Thanks for my beta reader, Miyawaki_hotaru






♥ ♥ ♥



As usual, Tora started to peep at his telescope that he used to see the stars. The sky didn’t look bright anymore. It was just because of that bunch of stars, the sky could seem brighter. It was his occupation to be an observer. Sometimes he felt so tired, but actually, he enjoyed his life.

He walked down the stairs towards the garden and brought his last book he held in his hand. He was wondering, what it would be if the other man were still here— the man he used to love— beside him and didn't leave him alone. If only Byou were still by his side at that moment, instead of leaving him years ago.

PRAK.

Too busy with his own mind, he didn’t realize that his pen fell down and slipped. It stopped next to a big black plastic bag. After he finally got his pen back, he became curious with that rubbish bag.
           
“Who’s thrown the rubbish bag here? I don’t have a big plastic bag like this.” Tora kicked that plastic bag. But the bag felt so soft and moving weakly, like something or someone alive was inside there! But it’s impossible. Tora opened that plastic bag and he was so surprised. He fell down to the ground when he found a beautiful man was fainted inside of it.

He looked unkempt and dirty. He even closely resembles a corpse. But his beauty remains there with him, Tora thought. Is he still alive? Tora touched his neck gently. He was still breathing but his body felt so cold. He had to be warmed up, or he could die.

Tora laid that weak body on the couch in his living room, covered him with a blanket and slipped a pillow under his head. Then he walked towards the room warmer and turned it on. Eventhough it was far for a winter to come, he might lose his soul when he kept being in coldness. Besides, someone put him in a rubbish back with him only wearing such thin clothes like that, whoever they were, they must be someone crazy.
           
***
Tora’s Side


I was arranging some files and reports for the astronomy magazine when the sun appeared from behind the clouds. I didn’t aware that morning had came already. I took care of that man quite intense so that I didn’t even get enough sleep for myself. As if I mind it, because I was the one who prefered to look after him. It reliefed me to see his body stop thrembling and his temperature slowly back to normal.

That figure stretched his body after sleeping. I turned my eyes from my computer towards him and stared at him. He tried so hard to open his eyes, and when they slowly made it to open, he furrowed his forehead. Maybe he was blinded by the sun rays because it’s been quite long since he opened his eyes, I supposed. God, he looked so beautiful. His eyes looked so bright and adorable; he had a beautiful nose, and a pretty pink lips.

“You’ve woken up?”

He looked shocked and sat up from his lying position, and then his widened eyes wandered around in scared. I understood why he looked so scared. Maybe something had happened to him. He seemed have a deep traumatic.

“Don’t be scared. I’m Shinji—or just call me Tora. What’s your name? And…-eh I found you at my garden last night. What happened to you?”

He didn’t answer, just stared at me with a frightened expression. But he looked so cute and innocent, I wonder how did that person—I didn’t know who—could be so mean to him.

Kryuuuk…

Are you hungry?” I smiled to him, “Alright, wait for a moment, I’ll take some breakfast for you. I hope you’ll like it.”

***

He ate much; he seemed so hungry. I walked towards him and decided to sit across of him. He stopped eating and put the bowl back on table.

“What happen?” I smiled, “Just eat, don’t worry about me. Just tell me if you still feel hungry, I still have lots of food in my refrigerator.” He just looked at me without an expression.

“What’s your name?”

He refused to answer.

Hey, what’s your name?” I smiled to him

“Saga…” He finally spoke.

I smiled to him, “Where are you from?”

He just shook his head.

Where’s your home?”

He refused to talk. He just lifted his shoulder up slowly and kept bowing his head.

How about your family?” This time, he answered me with a full silence.

Neither of us could talk, we kept the thoughts in our own mind. I thought I knew what’s going on.

“Saga, that’s a beautiful name. Ok, you can stay here for a while—I mean, sleeping at my house. You want to take a shower?”

A shower?” He asked me, I could hear his weak voice, but he seemed interested.

“Yes, take a shower.” I smiled, “You’ve ever been taking a shower, don’t you?” a stupid question, of course he did—he must be had taken showers before.

He nodded, and I smiled again. “There are some towels on the box. Just use wherever you like.”

“I’ll justwash this plate.” He talked slowly, but I shook my head.

No. you don’t have to do that, let me do that thing. You still weak, you must take a rest.” 

He nodded again and walked to the towels box. Without saying anything, he grabbed the red towel with a duck pictures in it, then he walked in to the bathroom.

 ***

He walked slowly beside me and wore a bathrobe and a ducky picture of towel on his head. Now he looked more beautiful than before. I thought Byou was the most beautiful man in this world, but Saga was even more. Saga was much more beautiful than him—no, Tora. What are you thinking about? Of course Byou was more beautiful and hotter than Saga. But why did I felt something different? Why did I really want to protect him? I’ve never felt this way before when I was still with Byou.

Saga sat down back at my couch, and he refused to look at me. He still tilted down his head, looked so scared. I had to do something to make him feel better. I decided to walk towards the refrigerator and took some ice creams out from the freezer. But I didn’t know what happened, somehow this stupid fridge’s door pinched my head!

I heard saga laughed with a small voice. He didn’t realize it, I really was in a dangerous situation right now.

“Sagacchi, help me… it is serious!”

His eyes were getting wider, and I could feel his smile faded from his face, replaced by a panic expression. He got up from couch, ran towards me, and tried to pull my refrigerator’s door with his weak body.

Finally, my head was safe.

He looked at me panicly. Moreover, I could see his seem so worried face.

“Tora – san, are you alright?” He asked me softly. I nod and stroking his hair gently.

You don’t have to be worried; I’m okay now… but, thanks to worry about me.”

He smiled and for the first time. I thought he looked even cuter.

I guessed, from now on, my life’s going to be different.



To be continued

Thursday, October 13, 2011

Mirror - chapter 03

Title:               Mirror
Author:          Hanazaki chiori aka killingdoll13
Pairing:          Tora x Saga ; Tora x Shou
Genre:            Angst ; Horror ; Slight of romance
Rating:           PG – 13
Disclaimer:     PS Company.co.ltd




Chapter  03  of  10

Mean



            Tora  bangun  tidur  lebih  pagi  dari  biasanya, Tidurnya  terasa  sangat  nyenyak  semalam  dan  makhluk  itu  tidak   lagi  mengusiknya  dari  saat  ia  mengusirnya  kemarin.  Seharusnya  perasan  Tora  menjadi  tenang  setelah  makhluk  itu  tidak  lagi  mengusiknya,  benar.  Seharusnya  seperti  itu.  tapi  kenapa  sekarang  Tora  malah  merasa  tidak  nyaman?  Kenapa  ia  malah  merasa  ada  sesuatu  yang  hilang  dalam  dirinya? 

Ia  teringat  pada  hal  yang  baru  saja  ia  temukan  bersama  dengan  Shou  beberapa waktu  yang  lalu.

                        Apa  ia  salah  telah  mengatakan  hal  yang  buruk  pada  laki – laki  itu?  padahal  jelas – jelas  ia  tahu  kalau  laki – laki  itu  tidak  bersalah—bahkan  mungkin  makhluk  itu  sedang  merasa  kesepian  dan  sendirian.  Kalau  benar  seperti  itu, sesungguhnya  berarti  ia  sangat  kejam. 

Ia  hanya  butuh  teman

Dan  aku  mengusirnya,

                        Suara  gitar  yang  berdentang  membuat  Tora  tersadar  sepenuhnya.  Ia  membuka  matanya  yang  nyaris  kembali  terpejam.   Ia  hanya  tinggal  sendirian  dirumah  ini  dan  siapa  orang  yang  tega  memainkan  gitar  dengan  tidak  berperasaan  sampai  membangunkan  dia  pagi – pagi  begini?!           

                        Tora  menyibak  selimutnya  dan  bergegas  bangun,  tidak  membutuhkan  waktu  yang  lama  untuknya   untuk  sampai  ke  asal  suara  gitar  itu.  tora  mengerutkan  dahinya.  Ini  bukan  suara  yang  berasal  dari  luar  rumahnya.

Suaranya  berasal  dari  gudang  tempatnya  menyimpan  gitar  yang  lama!

                        Tora  mendekati  pintu  gudang  dan  mendengar  suara  itu  makin  terdengar  jelas,  suara  gitar  yang  merdu.  Entah  siapa  yang  memainkannya,  bahkan  Tora  sekalipun  belum  bisa  memainkan  gitar  dengan  melodi  seindah  itu.  Tora  tersentak,  Bukan  waktunya  untuk  kagum,  Tora!  Harusnya  kau  bingung  siapa  yang  menyusup  masuk  kedalam  rumahmu  dan  memainkan  gitar  rongsokmu!  Pekik  Tora  dalam  hati.  Laki – laki  ini  membuka  perlahan  pintu  gudang  dan  mengintip  kedalam  gudang  kecil  itu.

Laki – laki  berambut  cokelat  gelap  dan  berkulit  putih  pucat  tampak  duduk  di  atas  tumpukan  majalah  dan  kardus  bekas.  Ia  tampak  sibuk  memainkan  gitarnya,  senyuman  yang  jelas  tergambar  di  wajah  laki – laki  yang  tampaknya  tidak  menyadari  kedatangan  Tora. 

Senyuman  yang  menenangkan.

“Darimana  kau  belajar  gitar  sebaik  itu?”

            Sosok  itu  tersentak.  Tanpa  sengaja  ia  menjatuhkan  gitar  yang  ia  pegang  dan  menimbulkan  bunyi  berdengung  di  lantai,

            laki – laki  itu  hanya terdiam,  tubuhnya  tampak  bergetar,  ia  hanya  duduk  diam  dan  menunduk  tanpa  berani  menatap  Tora  sama  sekali, Tora  tidak  menjauh,  tidak  juga  mendekat.  Ia  hanya  memandang  sosok  yang  terduduk  dibawahnya dengan  pandangan  yang tidak bisa ditebak. 

“Ajari  aku.”

“Eh?”

“How  to  play  that  song. I like  that  song,  reminds  me  about  my  mom.”

                        Laki – laki  yang  cantik  itu  tersenyum  dan  mulai  memberanikan  diri  untuk  kembali  menatap  Tora.  “It’s my  favorite  song  too…”  ucapnya  pelan. “aku  tidak  yakin bisa  mengajarimu.  Caraku  bermain  gitar  cukup  buruk.”  Tora  tersenyum, “that’s not a big deal,  can  we  started  now?” 

“Yah… sure.”


***

                        Tora  tidak fokus  memperhatikan  jari  laki – laki  di  hadapannya  yang  lentur  bermain  gitar.  Ia  sibuk  memperhatikan  laki – laki  cantik  itu  dari  dekat,  siapapun  dia, ia  tidak  peduli.  Baginya,  orang  disebelahnya  ini  mampu  memberikan  rasa  yang  nyaman  untuknya. 

“Kau  tidak  merasa  gatal?”

“eh?”

Tora  menunjuk  dahi  laki – laki  itu, “poni  yang  menutupi  matamu… apakah  tidak  terasa  gatal?”

Laki – laki  itu  menggeleng,  “Tidak.  Aku  tidak  bisa  merasakan  apapun  lagi.”

“maksudmu?”

“Ah, bukan apa apa.”

Tora  tersenyum,  laki – laki  itu  tampak  salah  tingkah.  Ia  hanya  takut  Tora  akan  takut  padanya  dan  membentaknya  lagi.  Padahal  hanya  Tora  satu – satunya  orang  yang  bisa  melihatnya.

“Boleh  aku  tahu  namamu?” Tora  tersenyum

“Saga…” 

“Aku…”

“Tora.”  Potong  Saga  sambil  tersenyum, Tora  membelalakkan  matanya.  “Hell no, how you could know my name?”
                        Saga  tersenyum  sambil  mengedipkan  sebelah  matanya,  menampakkan  sisi  dirinya  yang  nakal  namun  masih  tampak  kalem. “aku  hanya  menebak.” Saga  tersenyum  kembali, Tora  heran  kenapa  setiap  kali  melihatnya  tersenyum  rasanya  tidak  ada  hal  lain  yang  lebih  menenangkan dibanding  itu—disisi  lain,  Saga  adalah  laki – laki  yang  mudah  tersenyum.
                        “punggung  kemejamu sobek…” Tora  menunjuk, Saga  menoleh  namun  ia  cepat – cepat  berkata  pelan, “It’s  ok… itu  bukan apa – apa…”

                        Saat  yang  sama  Tora  melihat  sebuah  luka  besar  yang  menganga  di  punggung  Saga, tepat  dibalik  kemeja  yang  sobek  barusan, itu  bukan  luka  biasa.  Itu  luka  serius.

“Saga… ini?”

“PERMISI…!!”

                        Kedua  laki – laki  itu  tersentak  kaget. Tora  menghembuskan nafas perlahan, “Tunggu  sebentar.” Ucap Tora  sambil  beranjak  keluar  dari  gudang  dan  meninggalkan  sosok  Saga  sendirian. 

                        Tamu  yang  datang  hanyalah  petugas  penagih  uang  sampah  dan  uang  keamanan.  Setelah  memberikan  apa  yang  orang  itu  butuhkan, Tora  langsung  masuk  kembali  kedalam  gudang.  Ia  mendapati  tidak  ada  siapapun disana.
“Saga?”  panggilnya  pelan 

tidak  ada  sahutan.

Tora  mencari  sosok  Saga  sampai  ke  sudut  ruangan.  Tidak  ada  siapapun  dirumah  itu  selain  dirinya sendiri. 

“Aneh… kemana dia pergi?” Tora bergumam.

                        Akhirnya  ia  memutuskan  untuk  bergegas  mandi  dan  setelah  itu  ia  harus  langsung  ke  studio  menyusul teman – temannya  yang   lain  yang  mungkin  sudah  lebih  dulu    berada  disana.