Title: i hate you but i cant help fallin in love with you chapter 01
author: hanazaki chiori aka killingdoll13
pairing: byou (screw) x sunny (snsd)
rating: pg-15
fandom : screw , snsd
a/n: pairing ajaib menyusul pairing ajaib kazuki x yuri... lol . hope you will like it.
Fic ini merupakan sekuel dari fanfic kazukixYuri buatan noirishu.nyl
I hate Kpop but i love snsd Yuri
Sungguh, aku tidak mengerti mengapa tadinya kazuki yang sama sekali tidak menyukai kpop, skarang malah terus menerus mendengarkan lagu lagu korea, apa itu judulnya?
sdns? atau snds? akh. aku lupa--bukan krn aku tidak suka. tapi itu hanya karena aku tidak mengerti dunia per-koreaan yang jelas-jelas sedang booming saat ini.
seperti shou-senpai dari arisu yang terang-terangan mengepost sebuah tweet yang mengatakan dia menyukai 2ne1.
apa pula itu? -.-
aku sama sekali tidak menutup hatiku untuk korea, maksudku dunia luar selain jepang..
namun itu sangat rumit.
------
"byou, jangan bengong saja!" rui membuatku tersentak,
"eh, ya? apa?" aku tersenyum salah tingkah.
"kau itu melamun saja, mau menyusul kazuki yang mulai aneh?"
"Tentu saja tidak!" aku cepat - cepat mengelak, lalu berdiri dan keluar dari ruangan tempat kami berkumpul.
mereka--maksudku rekan satu bandku--sedang bergembira. karena hari ini kami akan live music studio di sebuah acara music, sepanggung dengan anak-anak sdns, atau snds? atau snsd? entah yg mana yang benar.
apa itu suatu yang besar?
kita tidak sedang berduet kan, hanya satu panggung.
kenapa harus bingung?
sampai-sampai kazuki bolak - balik mengganti pakaian yang paling cocok untuknya.
mencurigakan.
-----
"minna! anak-anak snsd sudah datang!"
suara jin mengagetkanku yang sedang mendengarkan lagu dari iPod-ku.
"so? apa itu menjadi alasanmu untuk mengagetkanku!?" aku protes, namun jin tidak mengindahkan protesku XD
"sudahlah byou, jangan marah-marah terus. kau bisa cepat tua." manabu tersenyum.
"ya, lagipula nantinya kau bisa saja menjadi seperti kazuchan... tadinya dia benci setengah mati.." sambung rui cuek.
"Hei, jangan bawa-bawa namaku, bisa tidak?" kazuki protes sambil membiarkan penata rias kami memakaikan eyelinernya.
"hei, aku tidak pernah mengatakan aku membenci mereka!" potongku mengklarifikasi, "aku hanya tidak mau berlebihan saja seperti kalian, dan arisu senpai dan yg lain...itu terlihat gila."
"kau akan menyesal telah mengatakan hal itu, byou." kazuki tersenyum.
apa maksudnya aku akan menyesal?
-----
"annyeonghaseo, kamsahamnida, saranghaeyo..." jin ngomong asal pada saat akhirnya anak - anak screw mengajak para anggota snsd untuk berkenalan XD
"....?? O.O" tiffany terdiam.
"km ngomong apaan sih, jin?" rui berbisik.
"nggak tau" jin nyengir xD
aku memandang mereka tanpa mengatakan apapun, mereka tampak bingung. namun segera bisa menghandle keadaan.
"halo... aku tiffany." ucap member yg paling cantik menurutku.
"yuri..." gadis itu tersenyum memandang kazuki dg penuh arti.
begitu juga sebaliknya.
perhatianku teralih pada sesuatu, yg tampak berbeda.
"sunny!!"
gadis yg bernama yoona menatap seorang gadis pendek yang terlihat berlari ke arahku yang sedang berdiri disini.
"yoona!! aigo!!"
gadis itu tersungkur tepat dihadapan kami, ia terjatuh karena heelsnya sendiri.
geez.
kenapa gadis - gadis jaman sekarang ini suka sekali mencelakakan diri sendiri seperti ini?
"bangunlah..." aku menyodorkan tanganku.
ia terdiam,
menatapku dengan wajahnya yang polos.
....
uluran tanganku tidak ditanggapi.
"hei? kenapa hanya melihat?" aku menaikkan sebelah alisku.
"kau...menakutiku." ia menunduk, mataku membelalak.
"-ap...apa maksudmu!?"
ia menunduk, membenarkan posisi berdirinya dan bersembunyi dibalik punggung temannya yang paling tinggi.
apa-apaan reaksinya itu!?
memangnya aku semenakutkan itu!?
memang sih,dandananku hari ini cukup sangar.
tapi reaksinya sangat berlebihan!
aku menarik kembali uluran tanganku.
"sunny keterlaluan... tidak usah takut begitu." teman tingginya itu mengomel.
"Sunny keterlaluan... kau tidak perlu seperti ini. dia kan hanya ingin membantumu bangun." gadis yang lain menyambung.
"maaf." gadis bernama sunny itu menunduk, aku mendengus kesal, walaupun sesungguhnya aku tidak tega.
"maafkan dia, mungkin dia belum terbiasa dg penampilan kalian." yuri tersenyum ke arah kami--lebih tepatnya ke arah kazuki.
"seperti aku dulu." sambungnya lagi sambil menatap yoona, yoona tersenyum memaklumi.
aku seperti merasa tidak mengetahui hal yang seharusnya aku ketahui.
----
sunny pov
harusnya mereka tidak perlu memarahiku seperti itu, aku hanya takut melihat matanya.
dan ekspresi itu--membuatku teringat kepada sesuatu yang menyeramkan.
tapi ia memang menyeramkan!
"maaf..." aku menunduk
dia mendengus, lalu membuang muka.
sikap macam apa itu?!
aku sudah meminta maaf, dan dia malah seperti itu.
ternyata bukan saja wajahnya yang menakutkan.
sikapnya juga sama mengerikannya.
rugi aku meminta maaf kepadanya.
harusnya td aku biarkan saja!
----------
Lagi-lagi mereka meninggalkan aku sendirian. kemana aku harus pergi?
aigoo.... aku tidak tahu jalan, lorong di stasiun tivi ini banyak sekali.
dan aku harus masuk kamar ganti yang mana?
aku bahkan tidak bisa membaca kanji.
seharusnya aku tidak tertidur ketika kami, para snsd diajarkan membaca kanji dan sebagainya.
"sicca.. fanni... seohyun... taeyoon, hyeohyun... yuri yuna sooyoung, dimana kalian?" aku berbisik pelan. bodoh.
mana ada yang mendengar?
aku berhenti didepan sebuah pintu.
fitting room.
sepertinya tulisan katakana.
aku ingat kata-kata pelatih bahasa jepang kami, girls generation pasti ditulis dalam katakana, kalau di jepang.
jadi pasti ini ruangannya. aku tersenyum, aku merasa jadi orang terpandai didunia.
sunny memang hebat! tidak perlu belajar bahasa jepang untuk mencari sebuah ruang gabnti.
------
byou pov
aku melepas contact lens ku dengan pelan.
sisa make up di wajahku sengaja kubiarkan sedikit.
aku harap, aku tidak tampak menakutkan lagi.
semoga saja.
loh? kenapa aku jadi memikirkan tentang itu?
peduli apa aku tentang pendapatnya?
hanya dia yang mengatakan aku menakutkan, fansku tidak.
untuk apa aku memikirkannya?
aku melepas 3 kancing kemejaku & membiarkan dadaku terekspos begitu saja.
sial. rekan-rekan seband ku malah menghilang begitu saja. terakhir mereka berpamitan, ingin meminta tanda tangan & foto bareng snds, sdns atau apalah itu.
kecuali kazuki,
yang sudah lebih dulu pergi tanpa pamit entah mau pergi kemana.
aku mendengar suara pintu terbuka dan menoleh,
"sudah kembali rupa-"
ucapanku terhenti ketika melihat siapa yang ada didepan pintu.
sunny.
dia terdiam.
aku terdiam.
meja dan kursi juga diam.
"mau apa kau disini?"
tanya kami bersamaan, dia spontan menutup mulutnya dg tangan.
aku melotot galak.
"ini adalah ruanganku, screw. harusnya aku yg tanya gitu sama kamu!"
dia mengerutkan dahinya.
dg bahasa jepang & logat yg aneh dia berkata tidak mau kalah.
"kau yg salah masuk! ini ruanganku, aku yakin!"
"ara.. sayang sekali yuri & sunny tidak ada, seharusnya kami berfoto dengan me-" jin menghentikan ucapannya dengan mulut masih terbuka.
"-sunny? kenapa ada disini?" jin berkata lagi setelah terdiam cukup lama.
sunny menunduk malu,
"eh, aku pikir disini adalah ruang ganti snsd.. maaf..." ia membungkukkan badannya, tampak salah tingkah.
"daijobu" sela manabu ramah, "aku tahu jalan ke fitting room snsd. kau mau kuantarkan?"
sunny menatapnya tidak percaya, "benarkah? gomawo..." ucapnya ceria-entah kenapa, aku suka sekali melihatnya ceria.
"iya, ayo. aku rasa crew snsd sudah mencarimu kemana-mana. lebih baik kita cepat." manabu tersenyum.
"iya!" ia melangkah keluar begitu saja, tanpa memedulikan aku yang menemaninya daritadi.
reaksi apa itu!?
"ssstt!!"
aku menoleh, kepala gadis itu menyembul dari pintu dg wajah ceria.
"gomawo, arigatou!" ia mengedipkan sebelah matanya dengan nakal, lalu menutup pintunya lagi.
gadis yang aneh.
tanpa sadar aku tersenyum lalu berbalik untuk mengenakan kacamata hitamku dan mengambil iPodku.
=To be Continued=
Tuesday, October 18, 2011
[FANFIC] Don't say goodbye - ToraxSaga - Chapter 01 [two shot]
Title: Don’t say goodbye (english)
Author: killingdoll13
Pairing: Tora X Saga
Genre: Romance ; Angst
Rating: NC - 17
Summary: He walked down the stairs towards the garden and brought his last book he held in his hand. He was wondering, what it would be if the other man were still here— the man he used to love— beside him and didn't leave him alone. If only Byou were still by his side at that moment, instead of leaving him years ago.
Comment: Ide ini nongol waktu chio lagi ngebenahin baju dan liat MV nya davichi. Tapi ada yang chio rombak dikit. Jadi sebelom ilang idenya mendingan di release aja duluan… J tolong jangan gampar saya atas apa yang tora lakuin ke saga disini. Kalo mau gampar, gampar aja si Tora nya… O.Ob *disambit tora*
Author: killingdoll13
Pairing: Tora X Saga
Genre: Romance ; Angst
Rating: NC - 17
Summary: He walked down the stairs towards the garden and brought his last book he held in his hand. He was wondering, what it would be if the other man were still here— the man he used to love— beside him and didn't leave him alone. If only Byou were still by his side at that moment, instead of leaving him years ago.
Comment: Ide ini nongol waktu chio lagi ngebenahin baju dan liat MV nya davichi. Tapi ada yang chio rombak dikit. Jadi sebelom ilang idenya mendingan di release aja duluan… J tolong jangan gampar saya atas apa yang tora lakuin ke saga disini. Kalo mau gampar, gampar aja si Tora nya… O.Ob *disambit tora*
Current Place: In my Beloved room ♫
Current listening: Don’t say goodbye - Davichi
Thanks for my beta reader, Miyawaki_hotaru
♥ ♥ ♥
As usual, Tora started to peep at his telescope that he used to see the stars. The sky didn’t look bright anymore. It was just because of that bunch of stars, the sky could seem brighter. It was his occupation to be an observer. Sometimes he felt so tired, but actually, he enjoyed his life.
He walked down the stairs towards the garden and brought his last book he held in his hand. He was wondering, what it would be if the other man were still here— the man he used to love— beside him and didn't leave him alone. If only Byou were still by his side at that moment, instead of leaving him years ago.
PRAK.
Too busy with his own mind, he didn’t realize that his pen fell down and slipped. It stopped next to a big black plastic bag. After he finally got his pen back, he became curious with that rubbish bag.
“Who’s thrown the rubbish bag here? I don’t have a big plastic bag like this.” Tora kicked that plastic bag. But the bag felt so soft and moving weakly, like something or someone alive was inside there! But it’s impossible. Tora opened that plastic bag and he was so surprised. He fell down to the ground when he found a beautiful man was fainted inside of it.
He looked unkempt and dirty. He even closely resembles a corpse. But his beauty remains there with him, Tora thought. Is he still alive? Tora touched his neck gently. He was still breathing but his body felt so cold. He had to be warmed up, or he could die.
Tora laid that weak body on the couch in his living room, covered him with a blanket and slipped a pillow under his head. Then he walked towards the room warmer and turned it on. Eventhough it was far for a winter to come, he might lose his soul when he kept being in coldness. Besides, someone put him in a rubbish back with him only wearing such thin clothes like that, whoever they were, they must be someone crazy.
***
Tora’s Side
I was arranging some files and reports for the astronomy magazine when the sun appeared from behind the clouds. I didn’t aware that morning had came already. I took care of that man quite intense so that I didn’t even get enough sleep for myself. As if I mind it, because I was the one who prefered to look after him. It reliefed me to see his body stop thrembling and his temperature slowly back to normal.
That figure stretched his body after sleeping. I turned my eyes from my computer towards him and stared at him. He tried so hard to open his eyes, and when they slowly made it to open, he furrowed his forehead. Maybe he was blinded by the sun rays because it’s been quite long since he opened his eyes, I supposed. God, he looked so beautiful. His eyes looked so bright and adorable; he had a beautiful nose, and a pretty pink lips.
“You’ve woken up?”
He looked shocked and sat up from his lying position, and then his widened eyes wandered around in scared. I understood why he looked so scared. Maybe something had happened to him. He seemed have a deep traumatic.
“Don’t be scared. I’m Shinji—or just call me Tora. What’s your name? And…-eh I found you at my garden last night. What happened to you?”
He didn’t answer, just stared at me with a frightened expression. But he looked so cute and innocent, I wonder how did that person—I didn’t know who—could be so mean to him.
Kryuuuk…
“Are you hungry?” I smiled to him, “Alright, wait for a moment, I’ll take some breakfast for you. I hope you’ll like it.”
***
He ate much; he seemed so hungry. I walked towards him and decided to sit across of him. He stopped eating and put the bowl back on table.
“What happen?” I smiled, “Just eat, don’t worry about me. Just tell me if you still feel hungry, I still have lots of food in my refrigerator.” He just looked at me without an expression.
“What’s your name?”
He refused to answer.
“Hey, what’s your name?” I smiled to him
“Saga…” He finally spoke.
I smiled to him, “Where are you from?”
He just shook his head.
“Where’s your home?”
He refused to talk. He just lifted his shoulder up slowly and kept bowing his head.
“How about your family?” This time, he answered me with a full silence.
Neither of us could talk, we kept the thoughts in our own mind. I thought I knew what’s going on.
“Saga, that’s a beautiful name. Ok, you can stay here for a while—I mean, sleeping at my house. You want to take a shower?”
“A shower?” He asked me, I could hear his weak voice, but he seemed interested.
“Yes, take a shower.” I smiled, “You’ve ever been taking a shower, don’t you?” a stupid question, of course he did—he must be had taken showers before.
He nodded, and I smiled again. “There are some towels on the box. Just use wherever you like.”
“I’ll just… wash this plate.” He talked slowly, but I shook my head.
“No. you don’t have to do that, let me do that thing. You still weak, you must take a rest.”
He nodded again and walked to the towels box. Without saying anything, he grabbed the red towel with a duck pictures in it, then he walked in to the bathroom.
***
He walked slowly beside me and wore a bathrobe and a ducky picture of towel on his head. Now he looked more beautiful than before. I thought Byou was the most beautiful man in this world, but Saga was even more. Saga was much more beautiful than him—no, Tora. What are you thinking about? Of course Byou was more beautiful and hotter than Saga. But why did I felt something different? Why did I really want to protect him? I’ve never felt this way before when I was still with Byou.
Saga sat down back at my couch, and he refused to look at me. He still tilted down his head, looked so scared. I had to do something to make him feel better. I decided to walk towards the refrigerator and took some ice creams out from the freezer. But I didn’t know what happened, somehow this stupid fridge’s door pinched my head!
I heard saga laughed with a small voice. He didn’t realize it, I really was in a dangerous situation right now.
“Sagacchi, help me… it is serious!”
His eyes were getting wider, and I could feel his smile faded from his face, replaced by a panic expression. He got up from couch, ran towards me, and tried to pull my refrigerator’s door with his weak body.
Finally, my head was safe.
He looked at me panicly. Moreover, I could see his seem so worried face.
“Tora – san, are you alright?” He asked me softly. I nod and stroking his hair gently.
“You don’t have to be worried; I’m okay now… but, thanks to worry about me.”
He smiled and for the first time. I thought he looked even cuter.
I guessed, from now on, my life’s going to be different.
To be continued
Labels :
alice nine,
angst,
english fanfiction,
fanfic,
fanfiction,
saga,
sagaxgackt,
tora,
toraxbyou,
toraxsaga
Location:
Tangerang, Indonesia
Thursday, October 13, 2011
Mirror - chapter 03
Title: Mirror
Pairing: Tora x Saga ; Tora x Shou
Genre: Angst ; Horror ; Slight of romance
Rating: PG – 13
Disclaimer: PS Company.co.ltd
Chapter 03 of 10
Mean
Tora bangun tidur lebih pagi dari biasanya, Tidurnya terasa sangat nyenyak semalam dan makhluk itu tidak lagi mengusiknya dari saat ia mengusirnya kemarin. Seharusnya perasan Tora menjadi tenang setelah makhluk itu tidak lagi mengusiknya, benar. Seharusnya seperti itu. tapi kenapa sekarang Tora malah merasa tidak nyaman? Kenapa ia malah merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya?
Ia teringat pada hal yang baru saja ia temukan bersama dengan Shou beberapa waktu yang lalu.
Apa ia salah telah mengatakan hal yang buruk pada laki – laki itu? padahal jelas – jelas ia tahu kalau laki – laki itu tidak bersalah—bahkan mungkin makhluk itu sedang merasa kesepian dan sendirian. Kalau benar seperti itu, sesungguhnya berarti ia sangat kejam.
Ia hanya butuh teman
Dan aku mengusirnya,
Suara gitar yang berdentang membuat Tora tersadar sepenuhnya. Ia membuka matanya yang nyaris kembali terpejam. Ia hanya tinggal sendirian dirumah ini dan siapa orang yang tega memainkan gitar dengan tidak berperasaan sampai membangunkan dia pagi – pagi begini?!
Tora menyibak selimutnya dan bergegas bangun, tidak membutuhkan waktu yang lama untuknya untuk sampai ke asal suara gitar itu. tora mengerutkan dahinya. Ini bukan suara yang berasal dari luar rumahnya.
Suaranya berasal dari gudang tempatnya menyimpan gitar yang lama!
Tora mendekati pintu gudang dan mendengar suara itu makin terdengar jelas, suara gitar yang merdu. Entah siapa yang memainkannya, bahkan Tora sekalipun belum bisa memainkan gitar dengan melodi seindah itu. Tora tersentak, Bukan waktunya untuk kagum, Tora! Harusnya kau bingung siapa yang menyusup masuk kedalam rumahmu dan memainkan gitar rongsokmu! Pekik Tora dalam hati. Laki – laki ini membuka perlahan pintu gudang dan mengintip kedalam gudang kecil itu.
Laki – laki berambut cokelat gelap dan berkulit putih pucat tampak duduk di atas tumpukan majalah dan kardus bekas. Ia tampak sibuk memainkan gitarnya, senyuman yang jelas tergambar di wajah laki – laki yang tampaknya tidak menyadari kedatangan Tora.
Senyuman yang menenangkan.
“Darimana kau belajar gitar sebaik itu?”
Sosok itu tersentak. Tanpa sengaja ia menjatuhkan gitar yang ia pegang dan menimbulkan bunyi berdengung di lantai,
laki – laki itu hanya terdiam, tubuhnya tampak bergetar, ia hanya duduk diam dan menunduk tanpa berani menatap Tora sama sekali, Tora tidak menjauh, tidak juga mendekat. Ia hanya memandang sosok yang terduduk dibawahnya dengan pandangan yang tidak bisa ditebak.
“Ajari aku.”
“Eh?”
“How to play that song. I like that song, reminds me about my mom.”
Laki – laki yang cantik itu tersenyum dan mulai memberanikan diri untuk kembali menatap Tora. “It’s my favorite song too…” ucapnya pelan. “aku tidak yakin bisa mengajarimu. Caraku bermain gitar cukup buruk.” Tora tersenyum, “that’s not a big deal, can we started now?”
“Yah… sure.”
***
Tora tidak fokus memperhatikan jari laki – laki di hadapannya yang lentur bermain gitar. Ia sibuk memperhatikan laki – laki cantik itu dari dekat, siapapun dia, ia tidak peduli. Baginya, orang disebelahnya ini mampu memberikan rasa yang nyaman untuknya.
“Kau tidak merasa gatal?”
“eh?”
Tora menunjuk dahi laki – laki itu, “poni yang menutupi matamu… apakah tidak terasa gatal?”
Laki – laki itu menggeleng, “Tidak. Aku tidak bisa merasakan apapun lagi.”
“maksudmu?”
“Ah, bukan apa apa.”
Tora tersenyum, laki – laki itu tampak salah tingkah. Ia hanya takut Tora akan takut padanya dan membentaknya lagi. Padahal hanya Tora satu – satunya orang yang bisa melihatnya.
“Boleh aku tahu namamu?” Tora tersenyum
“Saga…”
“Aku…”
“Tora.” Potong Saga sambil tersenyum, Tora membelalakkan matanya. “Hell no, how you could know my name?”
Saga tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya, menampakkan sisi dirinya yang nakal namun masih tampak kalem. “aku hanya menebak.” Saga tersenyum kembali, Tora heran kenapa setiap kali melihatnya tersenyum rasanya tidak ada hal lain yang lebih menenangkan dibanding itu—disisi lain, Saga adalah laki – laki yang mudah tersenyum.
“punggung kemejamu sobek…” Tora menunjuk, Saga menoleh namun ia cepat – cepat berkata pelan, “It’s ok… itu bukan apa – apa…”
Saat yang sama Tora melihat sebuah luka besar yang menganga di punggung Saga, tepat dibalik kemeja yang sobek barusan, itu bukan luka biasa. Itu luka serius.
“Saga… ini?”
“PERMISI…!!”
Kedua laki – laki itu tersentak kaget. Tora menghembuskan nafas perlahan, “Tunggu sebentar.” Ucap Tora sambil beranjak keluar dari gudang dan meninggalkan sosok Saga sendirian.
Tamu yang datang hanyalah petugas penagih uang sampah dan uang keamanan. Setelah memberikan apa yang orang itu butuhkan, Tora langsung masuk kembali kedalam gudang. Ia mendapati tidak ada siapapun disana.
“Saga?” panggilnya pelan
tidak ada sahutan.
Tora mencari sosok Saga sampai ke sudut ruangan. Tidak ada siapapun dirumah itu selain dirinya sendiri.
“Aneh… kemana dia pergi?” Tora bergumam.
Akhirnya ia memutuskan untuk bergegas mandi dan setelah itu ia harus langsung ke studio menyusul teman – temannya yang lain yang mungkin sudah lebih dulu berada disana.
Labels :
alice nine,
angst,
fanfic,
fanfiction,
hiroto,
killingdoll13,
nao,
saga,
shouxsaga,
tora,
toraxsaga,
toraxshou
Subscribe to:
Posts (Atom)